SELAMAT DATANG BLOG JAKMANIA PONDOK CABE

Sebuah blog untuk membahas para pecinta sepak bola JAKARTA khususnya PERSIJA dan supporternya JAKMANIA dan juga untuk tetap menjalin pertemanan kita sesama suporter PERSIJA di daerah PONDOK CABE SEKITARNYA agar tetap mengingat kan satu dengan yang lainnya dalam situasi dan kondisi apapun agar tetap bersama

Selasa, 11 Agustus 2009

We’ve Been Running (Too) Far, Lessons From Persija’s Deadlock Negotiation

We’ve Been Running (Too) Far, Lessons From Persija’s Deadlock Negotiation
Ditulis Oleh JO Crew
Monday, 10 August 2009

Artikel ini saya coba awali dengan sesuatu pesan dari sebuah kejadian. Saat awal masa penerapan PP 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, ada sebuah joke dari salah satu pembicara seminar nasional keuangan daerah di Jakarta. Joke tsb didasarkan dari kisah nyata nelayan di Madura yang berargumentasi antara nelayan dari kabupaten lain. Sebutlah nelayan X yang berasal dari kabupaten B masuk ke perairan kabupaten S dan ditegur oleh nelayan Y sebagai warga asli kabupaten S. “Kenapa sampeyan masuk ke laut saya?” dengan logat khasnya. “Ini tempat biasa saya mencari ikan” lanjut Y. “Pergilah ke wilayah sampeyan sendiri”. Dengan cerdik X menjawab “Saya memang melanggar tapi saya cuma mengejar ikan yang berenang dari laut kabupaten saya”. Akhirnya nelayan Y hanya termenung tentang apa yang aneh terjadi. Kejadian diatas hanyalah potret bahwa ditingkat RT, RW bahkan negara, sengketa batas wilayah menjadi potensi perselisihan tentang siapa yang berhak mengakui sebuah asset.
Sederhananya, PP tersebut mengharuskan seluruh pemerintah pusat dan daerah untuk mulai menyusun laporan keuangan lengkap. Namun tidak mudah rupanya sehingga BPK pun memberikan disclaimer opinion kepada pemerintah pusat dan daerah dalam beberapa tahun terakhir. Namun sesungguhnya dibalik tantangan ada peluang.

Gagal masuknya investor EJ group ke Persija tentunya tidak hanya disayangkan oleh pecinta Persija namun juga masyarakat sepakbola Indonesia dan klub-klub lain pengguna dana APBD yang ingin belajar bagaimana sebuah klub menjadi mandiri. Sesuatu yang luar biasa, pada industri sepakbola yang sejauh ini tidak menguntungkan, ada investor yang mau menanamkan uangnya hingga puluhan bahkan mungkin ratusan milyar dalam 5 tahun kedepan. Dari sisi popularitas, sekejap namanya langsung melambung dan memberikan pencitraan yang positif untuk dikenal luas dalam dunia bisnis.

Kenapa Persija ? Persikad Depok dapat diambil alih secara cepat oleh EJ group. Namun branding, prestasi klub, fans Persija dan potensi bisnis lainnya menjadikan Persija memiliki daya jual yang jauh tinggi dibanding Persikad atau bahkan klub-klub lain yang mungkin hanya menjadi ikon kota atau provinsi. Tidak berlebihan kalau Persija disebut bukan hanya ikon Jakarta tapi juga ikon sekaligus kebanggaan Indonesia.

Dengan fans yang multietnis dan menyebar di seluruh nusantara sebagai masyarakat lokal, Persija bisa diterima secara luas melewati batas-batas kota, provinsi bahkan negara. Sebuah promosi yang efektif untuk memperkenalkan bisnis melalui logo yang terpampang di kaos tim, TV, atau tour rutin fans Persija ke berbagai daerah. Namun saya percaya bahwa masuknya investor lain hanyalah masalah waktu. Seiring berbagai pembenahan, meningkatnya pendapatan masyarakat, kesadaran bersama dsb maka investor akan datang, karena bisnis dijalankan secara rasional dan berorientasi pada profit.

Persija 1928 dan Jakmania 1997 adalah cermin bagaimana kemasyuran Persija (Pusat) yang sudah lama dibangun telah membuat suatu pencitraan yang luar biasa bagi klub tersebut. Namun sayangnya hal ini tidak direpresentasikan dalam nilai wajar. Berapa sih fair market value Persija? Apa sajakah assets Persija (yang tidak diakui sebagai assets di laporan keuangan Pemda DKI)? Siapakah owners Persija? Dapatkah seseorang yang setia menonton Persija pada partai home dan away dikategorikan sebagai pemilik Persija? Cukupkah dengan menggelontorkan uang untuk membiayai kompetisi menjadi pemilik Persija? Dari sinilah perbedaan persepsi timbul.

Cerita beberapa minggu terakhir sesungguhnya menyadarkan kita bahwa mencintai harus memiliki. Pemda DKI, semua elemen klub dan fans Persija harus bersatu dengan mulai menata/merestrukturisasi kepemilikan saham Persija yang diikuti dengan menyewa appraisal untuk menilai fair market value klub sehingga apabila ada investor yang masuk akan jelas berapa uang yang harus digelontorkan setara dengan persentase tertentu kepemilikan saham yang akan didapatnya.

Terlepas dari masalah diatas yang penyelesaiannya membutuhkan waktu tidak sebentar, sesuatu yang urgent saat ini adalah pembentukan tim untuk menghadapi ISL 2009/2010. Mari kita dukung manajemen baru yang segera akan dibentuk untuk cepat bergerak merekrut dan menegosiasikan kontrak-kontrak pemain. Loyalitas pemain-pemain bintang Persija saat ini sedang diuji, terima kasih telah sabar menunggu untuk tetap bersama kami dimusim depan.

Keep Optimistic Jak…
Persija will be Persija…
God Save Persija….

Pemutakhiran Terakhir ( Monday, 10 August 2009 )

TWURAN PELAJAR DEPOK ON TVONE

Mengenai Saya

Foto saya
SUKA MAIN SEPAK BOLA, PS,ORANGE... GA SUKA SAYUR,KOMIK LAGU-LAGU YG CENGENG

JAKARTA PUNYA GUE

JAKARTA PUNYA GUE
JAKARTA THE JAK YANG PUNYA BUKAN POLISI

DIPERSEMBAHKAN OLEH

DIPERSEMBAHKAN OLEH

www.spacezapper.com